Ide Cerita, Novel, Roman, Cerber, Cerpen, Film
Ide cerita adalah gagasan sebuah cerita yang nantinya akan dituangkan menjadi sebuah cerita dalam skenario. Dari mana ide cerita didapatkan?
Ide cerita dari penulis bukan berarti 100% adalah kisah pribadi penulis. Ide dapat ditemukan di mana saja dan dalam keadaan apa pun. Ide cerita dapat tercipta dari pengalaman pribadi, namun bisa juga berasal dari pengalaman orang lain.
Dalam buku Berguru kepada Sastrawan Dunia, Josip Novakovich menulis bahwa seorang pengarang Prancis, Claude Simone, mendapatkan ide-ide untuk membuat novelnya hanya dengan cara mengitari satu blok di kotanya setiap hari. Dari pengalaman itu, Josip hanya ingin mengatakan bahwa sebenarnya mencari ide cerita itu sangatlah mudah.
Secara teori, The Liang Gie menyebutkan, setidaknya ada 1.800 ide besar dalam kehidupan manusia yang telah dipikirkan oleh para tilsuf dan cendekiawan, yang akhirnya disaring oleh Prof. Mortimer J. Adler menjadi hanya 64 (TerampilMengarang, Penerbit Andi, 2002).
Jika produser memberi kita sebuah novel/roman/cerber/cerpen yang lisensinya telah dibeli oleh PH, dan kita diminta untuk membuat cerita berdasarkan isi karya tersebut, ada beberapa langkah yang mesti kita lakukan. Pertama, bacalah dulu isi ceritanya. Kedua, buatlah ringkasan dari cerita secara keseluruhan atau biasa disebut sinopsis global. Jika naskah tersebut adalah serial, buatlah sinopsis cerita per episode terlebih dahulu. Setelah disetujui produser, barulah kita membuat skenarionya.
Membuat skenario dari karya-karya semacam ini tidak mungkin 100% mengikuti alur cerita aslinya. Skenario bisa saja memulai cerita dari tengah, atau bahkan dari belakang. Hal ini sangat dimungkinkan, terlebih untuk tayangan sinetron yang memerlukan gebrakan pada tampilan perdana.
Hal seperti itu juga yang saya lakukan ketika membuat skenario Bukan Cinta Sesaat dart novel karya Mira W., yang telah dua kali di-tayangkan oleh SCTV (1999 dan 2000). Untuk opening, saya mulai dari adegan pembunuhan. Adegan ini diharapkan dapat memancing penonton untuk tetap mengikuti cerita ini hingga terbongkar siapa pembunuhnya. Jadi, boleh-boleh saja kita menukar-nukar plot untuk kepentingan sebuah tayangan.
Contoh sinetron dan film yang diambil dari novel, antara lain Bukan Cinta Sesaat, Cinta, Deviasi, DiSini Cinta Pertama Kali Bersemi, FTV Satu Cermin Dua Bayang-bayang, Ketika Cinta Harus Memilih, FTV Cinta Yang Hilang, FTV Misteri Si Kembar, Cintaku di Kampus Biru, dan Bunga Perawan.
Bukanlah hal yang gampang, jika produser menyodori kita sebuah film. Tetapi, justru sebenarnya kita ditantang untuk bisa berkreasi dengan baik, jika tak mau disebut plagiator. Apabila PH tidak men-cantumkan film aslinya pada credit title maka adaptasi yang boleh kita buat hanyalah sebatas terinspirasi atau terilhami dari film tersebut. Jika demikian, hendaknya kita tidak mengutip plot atau jalan cerita, lebih-lebih adegan dengan dialog yang sama dari film tersebut. Dalam hal ini kita boleh mengambil tema dan ide cerita, serta karakter tokoh-tokoh sentralnya saja. Jadi, ambil benang merahnya saja, dan selebih-nya berkreasilah sendiri dalam membuat jalan cerita. Melalui proses seperti ini, bukan tidak mungkin akan menghasilkan karya yang lebih menarik dari film aslinya.
Pengalaman saya saat menulis skenario Menggapai Bintang, saya pun disodori sebuah film (Mandarin) oleh produser sebagai bahan cerita. Untungnya produser mengizinkan saya berkreasi terhadap film tersebut. Dalam arti, saya dibebaskan untuk berkembang dengan membuat plot-plot baru sehingga hasil akhirnya berupa sebuah cerita baru, yang berbeda dari dari film aslinya. Hal-hal yang saya ambil dari film asli antara lain temanya (percintaan); ide cerita, seorang gadis yang disia-siakan ibu tiri dan saudara tirinya, tapi ternyata si gadis dicintai oleh pacar saudara tirinya itu; serta karakter beberapa tokoh sentralnya.
Terilhami, terinspirasi, mengadaptasi, atau menyadurdari film lain, sebenarnya sah-sah saja, mengingat hal itu bukanlah penjiplakan. Teguh Karya pun pernah menyadur The Glass Menagerie karya Ten¬nessee Williams menjadi film Kawin Lari. Demikian pula, film Novem¬ber 1828 yang juga diilhami karya Emmanuel Robles, Monserrat. Namun, karena Teguh Karya menuliskan sumbernya maka tak ada yang menuntutnya.
Sayang, pada umumnya PH tidak ingin menyebutkan sumber filmnya. Pasalnya, barangkali mereka berharap para penulis skenario-nya mampu menyulap bahan film tersebut menjadi sebuah cerita baru sehingga tak perlu lagi mencantumkan judul filmnya. Akan tetapi, ketika penulis skenario belum piawai mengadaptasi maka penonton pasti akan mengkritik, bahkan menuduhnya plagiat. Untuk soal ini, penulis skenario tentunya harus punya kiat untuk mengantisipasi cerita, agar tidak mencuri plot dan adegan dari film asli. Memang susah-susah gampang... tapi kita harus berusaha!