Proses Menulis Skenario, Tentang Cerita, Sasaran Cerita, Anak-anak, Remaja, Dewasa, Umum, Jenis Cerita, Drama, Drama Tragedi, Drama Komedi,
Sebelum masuk pada tahap membuat skenario, kita perlu mencari dan menentukan dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan cerita yang akan kita tulis. Untuk itu, ada berbagai hal yang mesti diperhatikan.
Sasaran cerita adalah kepada siapa cerita tersebut akan ditujukan. Salah satunya berkaitan dengan tingkat usia. Untuk soal ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pasalnya, kategori yang satu ini terkait dengan cara bertutur dan tema cerita yang sudah pasti berbeda jika sasarannya berbeda. Beberapa tingkat usia yang menjadi patokan dalam membuat skenario, antara lain:
Kategori cerita anak-anak dibatasi pada usia 5-12 tahun atau tingkat sekolah dasar. Membuat cerita dengan sasaran penonton anak-anak haruslah menampilkan unsur-unsur: pendidikan, panutan, ke-bajikan, binatang, fantasi, dan hiburan. Jangan memasukkan problem orang dewasa ke dalam cerita anak-anak. Selain itu, bahasanya juga mesti disesuaikan dengan bahasa anak-anak sehingga tak akan terjadi tokoh anak kecil berbicara seperti orang dewasa.
Dalam menulis cerita untuk anak, sebaiknya banyak memuat unsur yang membuat si anak merasa menjadi tokoh yang ditampilkan. Misal¬nya, menjadi tokoh pahlawan kebajikan atau tokoh hebat lainnya. Untuk itu, sebaiknya tokoh-tokoh dalam cerita juga anak-anak, agar penonton anak-anak merasa tokoh tersebut adalah dirinya.
Beberapa contoh film anak, antara lain Petualangan Sherina, Beethoven, Dalmatian 101-102, Home Alone, Joshua oh Joshua, Air Bud, dan Lassie. Dalam hal ini termasuk film-film kartun, Donald Duck, Mickey Mouse, Popeye, Tom & Jerry, Scooby Doo, Power Puff Girl, Dragon Ball, Doraemon, Crayon Sinchan, Detektif Conan, Captain Tsubasa, Slam Dunk, Beyblade, Hamtaro, Chibi Maruko Chan, Digimon. Sementara, contoh sinetron anak adalah Indra Keenam, 3-Dimensi, Bayangan Adinda, TuyulMillenium, Bidadari, Bulan dan Bintang, dan Iain-Iain.
Anak-anak yang berusia 13-17 tahun, atau duduk di SMP dan SMA, berada dalam kategori remaja.
Sama hal dengan cerita anak, dalam membuat cerita remaja pun kita perlu memasukkan unsur pendidikan. Pendidikan dalam hal ini mengarah pada moral dan etika, serta ketaatan beragama. Mengingat remaja adalah tingkat usia yang paling rawan, jangan sampai tontonan yang disuguhkan kepada mereka justru dapat memancing keingintahu-an mereka pada hal-hal negatif. Misalnya, jika kita ingin berbicara tentang narkoba, sebaiknya dialog disusun dengan sangat hati-hati. Jangan sedikit pun terkesan ada sisi positif dari narkoba, sebab hal itu dapat membuat para remaja penasaran untuk mencoba. Apalagi jika remaja sebagai penonton sampai tergiring pada hal-hal yang negatit itu.
Beberapa contoh film remaja, Ada Apa Dengan Cinta, Andai la Tahu, Cinta 24 Karat, Eiffel... I'm in Love. Sementara itu, beberapa contoh sinetron remaja adalah Lupus, Cerita Cinta, atau Pernikahan Dini. Kesuksesan Pernikahan flw/diikuti oleh sinetron serial remaja lainnya, seperti Opera SMU, Cinta SMU, ABG, Senandung Masa Puber, Amanda, Dina dan Lisa, Cewekku Jutek, Gadis, dan Inikah Rasanya. Dalam hal ini termasuk FTV spesial remaja dan sinetron misteri remaja yang sedang digemari, antara lain Di SiniAda Setan, Kamu Takut? Aku Juga, Hantu Gaul, Violete.
Termasuk kategori usia dewasa adalah mereka yang berumur 17 tahun ke atas, atau kira-kira kelas 3 SMA ke atas. Tayangan untuk usia ini biasanya banyak menyisipkan adegan "dewasa", pemain yang berpakaian minim, atau adegan sadisme yang menjurus pada pem-bunuhan disertai penganiayaan. Tayangan jenis cerita dewasa seperti itu biasanya selalu dilengkapi dengan petunjuk '17+' atau 'BO' (Bimbingan Orang tua) di sudut layar televisi. Beberapa contoh sinetron dewasa adalah Cowok-Cowok Keren, Montir-Montir Cantik, Kecupan Kangen, Ma/am Pertama, atau Oh Mama... Oh Papa.... Sementara, beberapa film yang mengandung unsur sadisme antara lain G-30-S/ PK/yang menampilkan pembantaian jenderal-jenderal, atau film-film yang mengandung unsur pembunuhan.
Seorang penulis skenario yang hendak membuat cerita dewasa untuk konsumsi televisi, sebaiknya tidak terlalu vulgar dalam menampilkan adegan "dewasa" karena tidak tertutup kemungkinan anak-anak pun menonton tayangan tersebut. Di samping itu, budaya Timur yang belum sepenuhnya terbiasa dengan hal-hal yang vulgar, juga mesti diperhati-kan. Untuk itu, penulis skenario haruslah peka kecuali jika memang bermaksud menjadi penulis skenario film seks untuk tayangan bioskop.
Demikian pula dengan tayangan kriminal. Hindari menampilkan adegan-adegan yang terlalu brutal dan berdarah-darah. Jika ada adegan pembunuhan, misalnya, kita bisa menampilkannya dengan tidak terlihat sadis. Namun, jika ingin menunjukkan bahwa tokohnya memang seorang yang sadis, kita bisa menggambarkannya secara siluet di dinding atau gorden.
Tayangan untuk kategori ini mempunyai cakupan usia yang lebih luas. Cerita pun sebaiknya berbicara tentang hal-hal yang sifatnya umum serta bisa diterima oleh seluruh masyarakat, mulai dari usia anak-anak hingga tua.
Salah satu contoh cerita yang termasuk dalam kategori ini adalah FTV Dosa Siapa. Dalam cerita ini ada beberapa generasi yang bisa diwakili; bapak dan ibu usia 60-an; anak pertama sudah berkeluarga dan berusia 30-an; anak kedua usia 25-an yang awalnya belum menikah, lalu menikah; serta cucu yang masih bayi dan yang berusia 5-10 tahun. Cerita yang disajikan dalam FTV ini cukup global, konfliknya mencakup segala usia mulai dari kakek hingga cucu.
Meski demikian, cerita yang termasuk kategori umum tidak harus menampilkan problem dari semua usia seperti dalam cerita FTV tadi. Cerita dengan memunculkan satu masalah pun bisa termasuk dalam kategori umum, sepanjang cerita itu dapat dicerna oleh segala usia. Sinetron-sinetron yang menampilkan adegan-adegan di kampus, juga bisa dikategorikan dalam kelompok ini, selain cerita-cerita seperti drama rumah tangga atau drama keluarga.
Beberapa sinetron yang termasuk dalam kategori ini, antara lain Noktah Merah Perkawinan, Si Doel Anak Sekolah, Yang Tercinta, Cinta Anak Kampus, Dia, Cintaku di Kampus Biru, Opera Jakarta, Harga Diri, Tersanjung, Kenapa Harus Inul, Bukan Cinderela, Roda-Roda Cinta, dan Menggapai Bintang.
Pendek kata, semua cerita yang tidak khusus ditujukan pada salah satu tingkatan usia, bisa dimasukkan ke dalam kategori ini.
Cerita dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis. Setiap jenis tentunya memiliki cirinya masing-masing. Beberapa jenis itu:
Cerita drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang ke-hidupan dan perilaku manusia sehari-hari. Jenis cerita drama jika mengikuti teori Aristoteles, hanya digolongkan menjadi tragedi, komedi, dan gabungan antara tragedi dan komedi. Namun, dalam buku ini akan dipaparkan lebih luas lagi.
Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. Contoh film yang termasuk jenis ini di antaranya, Romeo & Juliet, Titanic, atau Ghost. Sementara contoh FTV misteri yang termasuk dalam jenis ini misalnya, Makhluk Tengah Malam yang ending bercerita tentang si istri yang melahirkan bayi genderuwo. Cerita ini bukan berakhir dengan kematian, tapi kekecewaan/ kesedihan. Oleh karena itu, cerita Makhluk Tengah Ma/am dapat di-golongkan ke dalam jenis drama tragedi.
Jenis drama ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis lagi:
- Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama jenis ini, antara lain Sister Act dan Si Kabayan. Sementara contoh sinetron yang termasuk dalam jenis ini, antara lain Kawin Gantung, Bajaj Bajuri, atau Kecil-Kecil Jadi Manten.
- KomediSlapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan me-nyakiti para pemainnya, atau dengan gerak vulgar dan kasar. Misalnya, saat adegan pesta terjadi saling lempar kue /a/? yang mengenai wajah pemain, atau salah satu pemain lari dan terpeleset kulit pisang. Contoh komedi jenis ini, di antaranya The Mask, film dan sinetron Warkop; atau sinetron Jinny Oh Jinny dan O-Jekri.
- Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Beberapa film yang termasuk jenis ini, Om Pasikom dan Semua Gara-gara Ginah. Sementara untuk sinetron, di antaranya Cintaku di Rumah Susun dan Wong Cilik.
- Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja mencipta-kan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini, Srimulat, Top/es, Ba-sho, Ngelaba, dan lain sebagainya.