Tema Cerita, Percintaan, Rumah Tangga, Perselingkuhan, Pembauran, Persahabatan, Kepahlawanan, Petualangan, Keagamaan, Religi, Intisari Cerita


Tema cerita adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan. Atau, dapat diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Seorang pakar skenario dan dosen di IKJ, Tatiek Maliyati, dalam makalahnya untuk Seminar 'Menumbuh-kembangkan Sinetron dan Kaitannya dengan Production Housed Jawa Timur' di Surabaya, menyampaikan bahwa tema film Indonesia pada tahun 80-an rata-rata berisi cerita 'hamil di luar nikah'. Keseragaman tema pada masa itulah yang menggerakkan tekad Tatiek Maliyati untuk membuat cerita lain dari yang lainnya, sehingga terciptalah sinetron dengan setting studio, LOSMEN, yang pernah sangat digemari oleh pemirsa.

Namun, tema 'hamil di luar nikah' ternyata masih juga tak lepas dari sinetron-sineron remaja hingga saat ini. Bisa ditengok sinetron Pernikahan Dini'dengan Dini yang hamil di luar nikah, CewekkuJutek dengan tokoh Berta, ABG, Opera SMU, dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. Sebenarnya tidak jadi masalah jika tema tersebut masih ditawarkan sampai saat ini, hanya sayangnya solusi dari kisah itu biasa¬nya tak jauh dari percobaan bunuh diri hingga menjadi kurang mendidik.
Dengan kecenderungan seperti itu, penulis skenario harus lebih berani lagi untuk menciptakan solusi bahkan tema-tema yang baru dan lain dari tema yang sudah menjamur saat ini agar penonton tidak mengalami kejenuhan. Sebenarnya tema tak terlalu sulit untuk dicari. Sederhana saja. Masalahnya tinggal bagaimana mengembangkannya ke dalam skenario.

Untuk soal yang satu ini, saya hendak membagikan pengalaman ketika suatu saat saya pergi ke Bandung. Waktu itu saya melihat para remaja punk yang sedang begitu asyiknya. Penampilan mereka me-narik, namun mereka terkadang dianggap sebagai perusuh oleh warga. Melihat hal itu, saya coba menulis cerita tentang gaya remaja tersebut. Tapi pada saat saya mengajukan ceritanya ke sebuah PH, ditolak. Di PH lain, cerita saya itu ditolak juga. Namun, saya tak putus asa. Saya coba menawarkannya lagi hingga diterima di sebuah rumah produksi, bahkan sekarang sudah diproduksi. Dari pengalaman itu, ada dua hal yang bisa ditarik. Pertama, keberanian mengajukan tema yang berbeda dari tema-tema yang sudah ada. Kedua, jangan putus asa ketika menawarkan tema-tema yang tidak umum, yang pernah ditolak di suatu tempat.

Memang, untuk kasus-kasus tertentu kadang-kadang kita tidak bisa menghindar dari tema-tema yang sifatnya sudah umum, terlebih jika hal ini adalah tuntutan dari PH. Namun, tetap harus diusahakan bagaimana membuat pembaruan pada ide cerita, plot, dan solusi konfliknya. Inilah beberapa tema yang cukup laris pada saat ini.


Tema cerita yang paling umum, dan yang hampir tiap sinetron/film menampilkannya, adalah seputar percintaan. Hal ini salah satunya bisa dilihat dari judul cerita yang banyak memakai kata 'cinta'. Sampai-sampai cerita tanpa cinta bisa dibilang bagai sayur tanpa garam, alias hambar.


Tema ini biasanya bercerita tentang problema rumah tangga atau keluarga. Mulai dari kisah tentang seorang ibu yang bekerja di luar rumah sehingga tidak sempat mengurus anak-anaknya, sampai konflik dengan suaminya. Atau, cerita tentang seorang bapak yang terpaksa bekerja keras menjadi tukang becak untuk menghidupi keluarganya.

Beberapa contoh sinetron yang bertemakan rumah tangga adalah Keluarga Cemara, Tersanjung, dan Noktah Merah Perkawinan.



Tema ini bercerita tentang seorang suami atau istri yang tertarik pada wanita atau pria lain. Cerita biasanya berawal dari munculnya masalah dalam kehidupan rumah tangga, lalu timbullah konflik. Kemudian, salah satu dari pasangan suami-istri itu menemukan teman curhat (curahan hati) yang kebetulan berlainan jenis kelamin. Hubungan pun semakin erat, hingga terjadilah perselingkuhan.


Tema pembauran di Indonesia lebih banyak bercerita tentang asimilasi (perkawinan/persatuan) warga pribumi dengan keturunan Cina. Pada masa kepresidenan Gus Dur, tema-tema film pembauran marak ditampilkan, dan mulailah bermunculan wajah-wajah oriental seperti Ferry Salim, Agnes Monica, Roger Danuarta, Leoni, dan Olga. Mereka pun menjadi idola dalam dunia persinetronan.

Sinetron yang bertema pembauran, di antaranya Bukan Cinta Sesaatdan Jangan PanggilAku Cina. Sementara, dampak dari pem¬bauran itu pun melahirkan film yang melibatkan pemain dan setting Cina, antara lain FTV LoFenKoei, CaBauKan, dan Wo AiNiIndonesia.


Tema ini biasanya banyak terdapat dalam film atau sinetron anak-anak dan remaja. Dalam setting cerita remaja di sekolah, selalu ditampilkan adegan persahabatan antara si tokoh dan gengnya.

Umumnya seorang tokoh protagonis didampingi dua atau tiga teman. Demikian pula dengan tokoh antagonis yang jadi rivalnya, pasti di¬dampingi oleh sahabat-sahabatnya.

Contoh sinetron persahabatan antara lain ABG, Cinta SMU, dan /nikah Rasanya. Ada juga cerita seputar persahabatan antara anak-anak (Bulan & Bintang, Indera Keenam), persahabatan antara anak dan hantu (Hantu Cilik, Casper), persahabatan antara anak-anak dan binatang (Lessie, Air Bud).


Tema kepahlawanan banyak terdapat pada sinetron atau film anak-anak. Biasanya tokoh utamanya adalah seorang yang hebat dan memiliki kelebihan dibanding manusia pada umumnya. Misalnya, tokoh itu bisa terbang atau menghilang. Namun, di antara tokoh-tokoh hebat tersebut ada satu hal yang sama, yakni sifat tokoh yang selalu menolong dan membela kebenaran. Penampilan tokoh ini selalu menarik, terlihat dari kostum dan dandanannya yang berbeda dari manusia biasa.
Beberapa contoh film bertemakan heroik adalah Batman, Spider man, DetektifConan, Saras 008, Panji Manusia Millenium, dan Rio Sang Penyelamat Bumi.


Tema petualangan biasanya banyak terdapat pada cerita anak dan remaja. Kisah petualangan sangat cocok untuk jiwa anak dan remaja yang masih dalam taraf ingin tahu segala hal. Dalam tema ini penulis sering menampilkan setting hutan atau rumah tua, seperti dalam kisah-kisah 5-sekawan. Atau, kisah tentang para remaja yang kemping di hutan dan mendaki gunung. Contoh film bertemakan petualangan adalah Petualangan Sherina dan Tarzan.


Balas dendam juga banyak dipakai sebagai tema sebuah cerita. Cerita-cerita yang berkategori umum banyak menampilkan tema ini, terutama pada kisah laga/action. Jenis film bertemakan balas dendam biasanya ada pada film-film koboi, silat, atau mafia.


Pada hari besar keagamaan, biasanya PH gencar memproduksi jenis tayangan religi. Contoh sinetron bertemakan religi antara lain Jalan Lain ke Sana, Doaku Harapanku, Ikhlas, KasihNya TakBerujung, dan FTV Kasih diAtas Segalanya.

Tema-tema tersebut hanyalah sebagian kecil dari banyak tema yang dapat digunakan untuk membuat skenario. Tema tentang politik, sosial, ekonomi, seni, atau budaya, masih membuka banyak ruang untuk tema-tema lainnya.


Intisari cerita bisa dikaitkan dengan pesan yang ingin disampaikan oleh cerita, atau sesuatu yang menentukan arah cerita. Istilah umumnya adalah premise kalimat singkat yang menjelaskan tentang tujuan dari isi cerita.

Tentang premise ini Prof. George Pierce Baker mengatakan, "Bagaimana Anda bisa memberi tahu jalan yang akan Anda ambil, jika Anda tidak jelas tujuannya? Premise akan menunjukkan jalan Anda!" Sementara itu Pramana Pmd, seorang dosen IKJ mengajarkan bahwa premise sebaiknya ditulis dengan bahasa yang puitis, karena merupakan pesan yang ingin kita sampaikan lewat cerita itu.

Pada skenario untuk sinetron, penulisan premise biasanya di-gabungkan dengan berkas awal sebelum menyusun skenario. Berkas inilah yang disodorkan oleh PH ke broadcast atau stasiun televisi. Biasanya premise di bawah judul, atau di dalam prakata dengan diberi tanda kutip. Premise biasanya ditulis dalam satu kalimat, namun mewakili seluruh isi cerita.

Beberapa contoh premise misalnya pada Machbeth karya William Shakespeare, "Nafsu angkara murka membinasakan diri sendiri"; atau pada A Doll a House karya Hendrik Ibsen, "Tak ada keserasian dalam pernikahan mendorong perceraian".

Menurut Adhy Asmara, kemungkinan premise yang sama pada cerita yang berlainan bisa saja terjadi dan tidak dapat dianggap sebagai sebuah penjiplakan. Misalnya saja, premise tragedi percintaan pada Roro Mendut-Pranacitra sama dengan Romeo-Juliet, Sampek-Eng Tay, dan Jayaprana-Layonsari.

Karya saya, Kasih di Atas Segalanya, juga kebetulan ber-premise sama dengan Dead End karya Sidney Kingsley, yaitu "Kemiskinan mendorong kejahatan".

Artikel Terkait

Postingan Populer