Pelajaran Mahal Dari Istri Kedua Suamiku
Sebelum melanjutkan kisah ini perkenalkan tokoh utama Mirna umur 31 tahun, Irwan umur 35 tahun dan maya berumur 9 tahun.
Mas Irwan bekerja sebagai pegawai pada perusahaan swasta di kota kami tinggal. Rumah tangga kami tumbuh atas dasar cinta dan kasih sayang. Mas Irwan orangnya sangat penyayang dan perhatian sama keluarga.
Awal kami menjalani kehidupan berkeluarga hingga anakku maya lahir boleh dibilang pas-pasan, bahkan kekurangan. Pernah suatu kali aku dan anakku di usir dari kontrakan karena menunggak bayar selama dua bulan. Sedang suamiku tidak berada di rumah dan juga tidak meninggalkan uang untuk membayar tunggakan kontrakan. Pemilik kontrakan menyuruh keluar dari kontrakan pada hari itu juga, tanpa toleransi lagi. Aku dan anakku terpaksa keluar dari rumah dan bermaksud hendak pergi ke rumah om adik mamamu satu-satunya. Sampai di rumah om haripun sudah malam, kami ketuk pintu dan di bukakan oleh om. Om ku bertanya ngapain kamu kesini malam-malam, kamu tau kan tantemu tak suka terima tamu. karena hari sudah malam dan hawa dinginpun turun menyelimuti, membuat anakku maya jadi kedinginan. aku coba untuk memohon pada omku untuk menumpang semalam saja. Namun omku tidak mau menerima kami, karena dia takut dengan istrinya yang galak, tidak suka menerima tamu itu. Akhirnya malam itu terpaksa kami tidur di emperan toko. Hingga keesokan harinya suamiku pulang dan menemukan kami tidur di emperan toko sebelum gang masuk rumah kontrakan. Dan suamiku pulang membawa uang dari hasil meminjam sama temannya di kantor. Dan kamipun mencari rumah kontrakan yang baru yang cukup untuk tidur bertiga. Aku merasakan begitu pahitnya hidup dalam kemiskinan, sampai saudarapun tak mau peduli dengan kesusahan ku.
Mengingat kejadian itu aku bertekad untuk bangkit dan akan membantu suami untuk mencari uang. Aku melamar kerja pada sebuah perusahaan swasta dan diterima bekerja. Ditempat aku bekerja bosku sangat begitu perhatian terhadap kinerja karyawannya, sering aku mendapatkan bonus yang besar atas prestasi kerjaku. Aku pun semakin semangat dan larut dengan pekerjaanku sehingga perekonomian keluargaku sudah mulai membaik. Dan kamipun sudah bisa memiliki rumah sendiri yang cukup mewah dari hasil kerjaku. suamiku masih bekerja di tempatnya kerjanya yang lama dengan gaji masih pas-pasan. Semakin hari aku di sibukkan oleh pekerjaan, berangkat pagi dan pulang di malam hari dengan satu tujuan yaitu uang. Uang telah membuatku buta, sehingga aku tidak sempat lagi untuk mengurus anak dan suamiku. Maksudnya tidak punya waktu lagi dengan keluarga walaupun tujuan aku bekerja semata-mata untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Keluargan akupun sudah hidup berkecukupan secara materi. Dan semua kebutuhan keluarga sudah terpenuhi dari gajiku bekerja. Walau semua bisa di beli dengan uang namun kebahagian tidak bisa diukur dengan uang. Beda waktu kami masih hidup pas-pasan dahulu, kehidupan keluarga terasa bahagia walau hidup dalam kekurangan. Akan tetapi setelah semua kudapatkan maka hari-hari dirumah tanggaku sudah mulai berubah, terjadi kesenjangan antara aku dan suamiku. Karena penghasilanku lebih besar dari pada suamiku muncullah sifat sombong dalam diriku. Dan bahkan yang mengurus anak semata wayangku adalah mas Irwan yang mana seharusnya adalah tugasku sebagai istri. walau mas Irwan juga bekerja, tapi jam kerjanya tidak sepadat aku. Mas Irwan yang mengantar dan menjemput anakku sekolah begitu juga menghadiri acara pengambilan rapor pada akhir semester, karena aku tidak punya waktu untuk itu. Akupun semakin tegila-gila dengan uang dan bekerja full untuk mendapatkannya, yang ada dalam pikiranku hanya uang, uang dan uang.
Bahkan saking sibuknya aku, menyebabkan kebutuhan rohani mas Irwan tidak terlayani lagi olehku walaupun kebutuhan materi sudah aku cukupi. semenjak itulah muncul kerikil-kerikil tajam di rumah tanggaku. Mas Irwan merasa dia sudah tidak dianggap lagi sebagai suami. Dan bahkan karena egoku yang sudah menganggap diriku yang sudah berjasa menciptakan kemewahan. Namun Mas Irwan tidak membutuhkan kemewahan itu, yang di butuhkannya kebahagian dan kebersamaan dalam keluarga.
Beralih cerita pada Irwan
Irwan sudah tidak kuat lagi menghadapi keangkuhan dan ketidak pedulian dari Mirna istrinya. Irwan merasa kesepian dan tidak pernah lagi di layani Mirna karena Mirna terlalu sibuk dan lebih mementingkan uang. Sudah sering Irwan mengingatkan Mirna untuk bisa membagi waktu kerja dan waktu untuk keluarga. Namun Mirna tidak menghiraukan. Dari situlah mulai terjadi ketidak harmonisan dalam rumah tangga. Setiap hari Irwan dan Mirna selalu bertengkar. Mirna pun tidak punya waktu lagi untuk pendidikan anaknya. Dan pahamnyapun tidak sama dengan Irwan. Mirna mengukur segala sesuatu dengan uang. Mirna merasa uangnya lebih banyak dari pada suaminya.
Pernah suatu hari terjadi pertengkaran hebat di rumah tangganya, Irwan sudah tidak bisa lagi mengendalikan amarahnya. Setelah pertengkaran tersebut Irwan pergi keluar rumah dan menuju sebuah kafe sebagai tempat untuk menenangkan pikirannya. Irwan terlihat gelisah dan frustasi. Diapun duduk sendiri di kursi sambil pesan minuman. Di saat pikirannya yang sedang galau itu, matanya tertuju pada seorang perempuan, dan perempuan itupun melihat lalu tersenyum pada Irwan. Irwan terperangah, menghampiri dan berjabat tangan dengan perempuan tersebut. Ternyata perempuan itu sudah di kenal Irwan sejak lama, mereka terlihat akrab mesra. Sepertinya mereka sudah pernah berteman sebelumnya, bahkan sempat menjalin cinta kasih, namun terputus di tengah jalan.
Irwan mengajak perempuan tersebut duduk sambil pesan minuman. Merekapun ngobrol dengan akrap sekali. Wajah Irwan yang semula terlihat galau berubah jadi bahagia, dia tidak henti-hentinya melemparkan senyum manis pada perempuan itu. Ooo iya nama perempuan itu adalah Mawar. Untuk membuka pembiracaran supaya agak lepas Irwanpun sedikit berbohong mengatakan telah pisah sama istrinya dan punya anak satu. Mujurnya lagi Mawar juga sudah cerai sama suaminya. Merekapun ngobrol sangat lama sekali, bagaikan orang yang sudah lama tidak bertemu. Waktu berjalan tidak terasa hingga hari mulai malam. Irwanpun mengantar Mawar pulang ke rumah kontrakannya. Sesampai di pintu rumah menjelang pulang Irwan menyempatkan diri untuk meminta nomor Wa Mawar dengan senang hati mawarpun memberikannya. Semenjak pertemuan tersebut sepertinya Perasaan Cinta Irwan Bersemi kembali pada Mawar. Dan secara diam-diam Irwan menjalin cinta lagi sama Mawar. Kesepiannya selama ini jadi terobati dengan kehadiran Mawar. Mawar orangnya baik, perhatian dan juga tulus mencintai Irwan.
Hari-hari Irwan mulai berubah drastis, Dia tidak terlalu peduli lagi pada istrinya yang pulang malam dan bahkan jika istrinya terlambat pulang di samparin ke kantor dan sekarang tidak lagi. Bahkan Irwanpun sudah sering pulang lebih malam dari istrinya.
Melihat perubahan sikap Irwan, Mirna mulai curiga kenapa Mas Irwan tidak pernah nelepon lagi, atau menjemput jika terlambat pulang. Hati Mirna mulai bertanya-tanya ada apa ini, apakah Mas Irwan ada main dengan wanita lain. Sebagai seorang wanita tentu perasaan itu ada. Mirnapun mulai menyelidiki. Mirna membuntuti Irwan sebelum berangkat kerja ternyata memang Irwan sebelum berangkat kerja mampir dulu ke rumah mawar.
Saat Irwan lagi ngobrol mesra sama Mawar, tiba-tiba Mirna turun dari mobilnya dan menyampari mereka berdua. Irwanpun kaget dan Mawar bingung. Lalu nanya sama Irwan siapa perempuan itu ? Yang jawab bukan Irwan tapi Mirna, Saya istrinya kamu siapa? kata Mirna.
Mawarpun kaget, sebab saat ketemu pertama kali Irwan bilang sudah Pisah sama istrinya. Irwan pun menjelaskan pada Mawar bahwa mereka mau Pisah. Di depan Mawar Mirna mengeluarkan kata-kata kasar dan merendahkan suaminya. Setelah itu Mirna pergi meninggalkan Irwan dan Mawar.
Mawar berlari kedalam rumahnya sambil menangis, dia merasa telah menjadi perusak rumah tangga orang. Irwanpun mengejar Mawar dan menjelaskan apa yang sebenarnya dia alami terhadap perlakuan istrinya yang lebih mementingkan uang dari pada keluarga. Dengan mata berkaca-kaca Irwan mengatakan akan berpisah dengan Mirna dan menikah dengan Mawar.
Mawarpun luluh hatinya, melihat penderitaan batin yang dialami Irwan. Dan Mirna juga sudah tahu bagaimana sikap Mirna terhadap Irwan. Mirna tidak menghargai Irwan sebagai suaminya.
Akhirnya hubungan cinta Irwan dan Mirna berujung pada pernikahan. Dan merekapun hidup bahagia. Sementara itu Mirna mulai tersadar. Walaupun sudah hidup berkecukupan namun Mirna tidak mau berpisah dengan Irwan. Dengan sengaja Mirna selalu mengulur-ngulur waktu pengurusan perceraian mereka.
Mirna sadar apa yang selama ini yang diperbuatnya terhadap suaminya, hingga Irwan mencari wanita lain. Mirna merasa kesepian tanpa Irwan. Diapun mulai berubah. Mirna sudah memperhatikan Maya anak tunggalnya, menemani maya tidur.
Komentar
Posting Komentar